jump to navigation

Car Junkyard March 8, 2011

Posted by deyoyok in day dreaming.
add a comment

car junkyard ? kenapa kok kami tertarik ? karena manusia sebenernya tertarik kepada mortalitas/kefanaan mereka sendiri…lagi2 ini adalah apologi buat motret awut2an
tapi buat beliau, fotonya ga awut2an lah

Pop eskapisme March 3, 2011

Posted by deyoyok in day dreaming.
add a comment

Pop eskapisme,
Kalimat pojok yang ditulis oleh sebuah media cetak untuk halamannya yang meresensi sinema.

Sebuah pilihan kalimat yang mengusik, eskapis ? Apa alasan dapur redaksi memilih pilihan kata-kata tersebut untuk rubrik sinemanya ?

Jika eskapisme diambil dari kata ‘escape’ yang berarti berlari dari masalah, sebuah pelarian, maka pemilihan tersebut merujuk film sebagai produk untuk pelarian dari masalah sehari-hari.

Dan tampaknya memang seperti itu adanya, untuk kadar ‘pop’, sebuah film memang dibuat dan ditujukan untuk menghibur, sebagai tempat pelarian sejenak, melupakan masalah sehari-hari yang dihadapi manusia. Masalah sebagai efek samping kebudayaan. Lucunya, film sendiri adalah produk dari kebudayaan.

Maka efek samping kebudayaan, entah itu berupa turunnya index pasar, hubungan keluarga yang tidak harmonis, alienasi karena tuntutan kebudayaan itu sendiri, opresi mayoritas dan lain sebagainya membuat manusia lelah, mereka butuh pelarian untuk rehat sejenak. Paling tidak lupa sejenak selama durasi rata-rata 60 hingga 120 menit. Manusia lalu lari ke film.
Kita kemudian bertanya, apakah hanya itu kegunaan film ? Tidak hanya sebagai sarana eskapisme, tapi juga sebagai sarana ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’, ‘memajukan kebudayaan manusia, ‘menyuarakan opini’ dan sebagainya ? Tentu saja bisa.

Sebagai medium dan text maka film dengan berbagai genre digunakan untuk berkomunikasi, menyampaikan pendapat. Muncullah film-film yang tidak cuma menghibur tetapi memutar otak, mempertanyakan kemanusiaan dan mendefinisi ulang kebudayaan.

Seperti membaca buku, mungkin kita bisa menemukan inspirasi, mengisi semangat untuk menghadapi masalah setelah menontonnya dan mungkin menemukan solusi, tidak secara langsung tentu saja, paling tidak secara filosofis dan psikologis.

Maka plot film dikembangkan untuk memenuhi tuntutan itu. Jalan cerita dibuat supaya menginspirasi manusia, mengajarkan manusia, plot menjadi kurikulum baku dan tiba-tiba saja, hampir semua film punya plot serupa.

Timbang saja untuk beberapa film drama. action di dekade terakhir, secara plot/sintagmatik tidak jauh berbeda dengan analisa Propp terhadap dongeng-dongeng rakyat, dan mengutip sedikit kalimat Woollacott, ‘dongeng rakyat rusia jadi tidak jauh berbeda dengan star wars’

Tapi tokh, dengan plot berulang, tidak ada hal yang baru, (‘tokoh-konflik-tokoh naik level-konklusi’) kita tetap saja pergi menonton film karena masalah memng tidak juga berhenti untuk berdatangan.